Kata kasta berasal dari bahasa portugis yang artinya adalah pembagian masyarakat. Dan yang paling di bicara kan selama ini oleh kebanyakan orang adalah pembagian kasta di Bali. Bali yang penduduknya mayoritas beragaman hindu, masih sering menjadi sorotan tentang kasta di Indonesia.
Dari sebuah artikel yang pernah saya baca, pembagian kasta di Bali ini bisa dengan mudah di temui dengan adanya perbedaan nama gelar di setiap kasta. Tradisi ini telah di turunkan oleh nenek moyang mereka dalam pemberian nama. Akan tetapi di jaman sekarang, pemberian nama merupakan HAM, jadi tidak ada lagi istilah nama menunjukkan gelar. Tidak ada lagi GUSTI yang selalu anak raja.
Dari sini dapat kita ketahui, pemberian nama sangat berpengaruh pada jaman dahulu, karena ini berhubungan dengan gelar. Itu berarti bukan hanya di Bali kasta itu berlaku, di setiap daerah pasti ada pemberian nama gelar sesuai kasta. Akan tetapi di daerah tersebut tidak menggunakan kata kasta untuk membedakan golongan tersebut. Di Sumatra, kita biasanya medengar kata marga. Lalu di Sulawesi dengan nama Fam dan banyak lagi.
Seiring dengan berjalannya waktu, pemberian nama sesuai kasta tidak lagi di hiraukan oleh masyarakat luas. Ini adalah salah satu penyebab berkurangnya pengaruh kasta di Indonesia. Tetapi ini bukan berarti pengkastaan di Indonesia hilang begitu saja. Seperti contoh yang sekarang kita tahu, kehidupan kerajaan keratin Jogja yang masih kental. Kita mengenal para abdi dalem yang mengabdi pada raja nya. Mereka sangat tunduk pada keluarga raja. Ssecara tidak langsung ini merupakan bentuk perbedaan kasta.
Kebudayaan memang harus di lestarikan, tapi apakah rasional jika kebudayaan itu merugikan salah satu pihak yang bersangkutan? Banyak perbincangan yang belum menemui ujungnya untuk masalah kasta ini. Pemerintah yang menegakkan HAM tidak bisa berkutik jika telah di sodorkan kata “kebudayaan”. Dari ini semua, bisa kita mabil kesimpulan, kasta di Indonesia bisa tidak berjalan jika di mulai dari pribadi masing-masing yang bisa mengatur bagaimana mereka menanggapi kebudayaan ini.
0 komentar:
Posting Komentar