Pages

Senin, 19 Januari 2015

Proposal Bisnis untuk mengajukan proyek TI

PROPOSAL PENGAJUAN PENGEMBANGAN JARINGAN Wi-Fi PT. ACTAVIS JAKARTA



Nama Anggota :


Ahmad Izzuddin Prastomo (50411432)

Ariani Kartika (51411088)

Erina Septiani Putri (52411460)

I Gusti Ngurah Putu Ryandhika(53411420)

Intan oka Herdanis (53411646)

Jimmy Halim(53411827)

Nurul Annisa (55411385)

Tiara Indah (57411098)


Depok
Selasa, 10 April 2012
No : 0.1
Hal : Pengajuan
Lampiran :1 (Satu) Proposal
Kepada Yth.
Direktur PT.ACTAVIS Jakarta


Kami adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi khususnya dalam bidang Analysis. Kami berkeinginan untuk memberikan pelayanan yang kami punya kepada perusahaan Bapak/Ibu dan kami mengharapkan dapat menjalin kerjasama pada perusahaan Bapak/Ibu dalam pengembangan wi-fi sebagai sarana penunjang bagi kegiatan perusahaan Bapak/Ibu.
Besar harapan kami untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan Bapak/Ibu. Kami harap Bapak/Ibu dapat menghubungi kami selambat-lambatnya 5 minggu setelah pengajuan proposal kami ini, dikarenakan kami harus mengerjakan proyek lain, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan Terima Kasih.

Hormat Kami
Kepala Proyek


( Prita Puspa )

PSA Co.
IT Marketing and Networking
Proposal Penawaran Pembuatan Website



PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi informasi komputerisasi disetiap aspek kebutuhan saat ini mengharuskan diciptakannya infrastruktur yang dapat menggemban fungsionalitas dari teknologi informasi tersebut. Internet saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Semua aspek kehidupan telah mulai memanfaatkan fasilitas internet, tidak hanya perusahaan yang ingin memasarkan produknya secara global, tetapi juga pemerintahan, organisasi, partai politik, yayasan, lembaga, dan bahkan individu juga telah menggunakan internet untuk mendapatkan kemudahan dalam memberikan layanan dan informasi, juga untuk kemudahan perluasan dan pengembangan bisnis. Setiap waktunya internet semakin memasyarakat di Indonesia, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya pengguna internet dari tahun ke tahun, dan akan terus bertambah. Diprediksikan setiap tahunnya pengguna internet di Indonesia meningkat tajam. Ini sangat masuk akal mengingat era globalisasi yang sudah mulai berjalan.



RANGKUMAN EKSEKUTIF
A.                Rangkuman Eksekutif
Kami adalah sebuah team yang biasanya mendapatkan order untuk mengerjakan projek-projek kecil maupun menengah pembuatan Sistem Informasi baik dari kalangan akademik seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, ataupun dari lembaga dan intansi pemerintah.
Membangun RT-RW Net adalah sebuah pilihan utama, dimana hal ini akan sangat berguna bagi pembangunan komunitas yang lebih besar. Kenapa ?. karena dengan mempunyai jaringan komunikasi tanpa batas ini, kita dapat mensosialisasikan berbagai hal, baik pada komunitas sendiri (setempat) maupun komunitas dunia.
Langkah pertama kita mulai dengan memilih lokasi dulu, membeli peralatan seperti antena Grid, Omni, beberapa buah access point, kabel UTP, konektor. Disamping itu kita membeli perlengkapan kantor lainnya. Pada tahap awal, kita menggunakan jasa sebuah ISP untuk mendapatkan akses ke Internet dengan menggunakan media wireless conncection.

B.        Visi Usaha
Membangun provider RT-RW NET yang dapat memberikan kesempatan kepada PT. Actavis Jakarta untuk mendapatkan akses Internet yang murah dengan kualitas yang baik.

C.        Misi Usaha     
-          Membangun infrastruktur jaringan
-          Membangun aplikasi di lingkungan RT-RW yang bersangkutan
-           Merawat dan mengembangkan jaringan yang sudah ada


DESKRIPSI USAHA

A.        RENCANA LOKASI USAHA
Rencana lokasi operasional     : Lokasi berada pada area PT. Actavis Jakarta
B.        KEUNGGULAN KAMI
Kami memiliki keunggulan antara lain :
-          Semua instalasi software, jaringan LAN, router dan proxy server dapat kami lakukan sendiri, dengan demikian tidak perlu menganggarkan dana untuk jasa dari pihak ketiga.
-          Kami terdiri dari orang-orang yang berpengalaman memberikan bantuan jasa konsultasi dan pekerjaan teknis untuk pemasangan internet dibeberapa instansi.
-          Kami juga sudah banyak mengerjakan projek-projek yang berhubungan dengan perkembangan Sistem Informasi.
-          Pengalaman dalam memberikan pelatihan-pelatihan IT baik yang dilakukan oleh kalangan kami sendiri atau gabungan dengan instansi lain.


TANGGAPAN ATAS PERMINTAAN
A.        Pengertian Pekerjaan
Setelah mendapatkan permintaan dari user yang diajukan oleh PT. Actavis Jakarta dapat disimpulkan bahwa tujuan nya adalah membangun dan mengembangkan jaringan Wireless WiFi System yang dipadukan dengan System Management Bandwith.
Membangung WiFi System adalah suatu konsep dimana beberapa laptop/PC dalam satu kawasan atau wilayah dapat saling berhubungan dan dapat berbagi data serta informasi, dimana jaringan internet disebarkan oleh server jaringan yang dibangun nantinya.
Pengembangan jaringan yang relatif mudah dengan pendirian beberapa Stasiun Repeater pada titik-titik potensi diberbagai tempat dengan jarak repeater antara 2-3 Km untuk memperluas cakupan jangkauan sinyal. Penerapan teknologi dilakukan via Wireless karena lebih efisiensi dan ekonomis serta lebih mudah dalam hal pengembangan dan pemeliharannya.
Selain komunikasi data via internet, teknologi ini dapat di inject penerapan multimedia didalamnya seperti, webcam (CCTV), telepon VOIP dan Alarm Security.
 
B.        Lingkup Pekerjaan
Adapaun lingkup pekerjaan ini adalah membangun dan mengembangkan jaringan WiFi PT. Actavis Jakarta. Untuk kegiatan pembangunan ini terdiri dari :
1.      Proses analisis kebutuhan aplikasi
2.      Perancangan aplikasi
3.      Implementasi rancangan
4.      Pengujian perangkat lunak maupun perangkat keras

C.        Hasil Pekerjaan
Hasil dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebuah perangkat lunak dan perangkat keras berbentuk Bandwith Management System serta jaringan WiFi yang dapat diakses oleh para stakeholder.


IDENTIFIKASI FASE PENGERJAAN PROYEK
A.        Fase Pendefinisian Lingkup Proyek
Fase ini bertujuan untuk menentukan kelayakan proyek, menetapkan ukuran dan batasan proyek, visi proyek, constraints dan limitations, anggota tim proyek serta anggaran dan jadwal pengembangan. Fase ini melibatkan system owner dan project manager.
Deliverable dari fase ini adalah :
-          Problem statement, yaitu mengumpulkan masalah-masalah yang ada pada sistem sekarang dan mengelompokannya sesuai tingkat visibilitasnya. Penentuan problem statement dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja/framework PIECES.
-          Constraint, yaitu batasan-batasan misalnya batasan anggaran, deadline, resource/tenaga yang tersedia serta standar teknologi.
-          Initial Scope Statement, yaitu menetapkan baseline untuk mengkontrol perubahan scope yang mungkin terjadi selama proyek dilaksanakan, agar tidak terjadi ketidaksesuaian antara requirement dan expectation dengan anggaran dan jadwal
-          Project Staffing, estimasi anggaran dan jadwal
-          Statement of Work, yaitu kontrak atau persetujuan untuk pengembangan sistem informasi yang menggabungkan keempat poin di atas untuk semua pihak yang terlibag dalam proyek

B.        Fase Analisa Permasalahan
Fase ini mempelajari sistem yang telah ada dan menganalisanya untuk menyediakan informasi bagi anggota proyek mengenai pemahaman atas masalahmasalah yang ada pada sistem itu sehingga proyek ini layak untuk dilaksanakan (feasibility analysis). Pada fase ini, system user telah mulai dilibatkan sebagai subyek bisnis. Selain itu juga melibatkan system owner dan project manager.
C.        Fase Analisa Kebutuhan
Secara umum fase ini untuk menentukan behaviour dari sistem (apa yang bisa dilakukan oleh sistem). Mencakup data, proses yang terjadi, antar muka yang diperlukan, level of performance serta fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki sistem. Fase ini juga lebih memfolkuskan pada business requirement, dan belum mengarah pada hal yang bersifat implementasi teknis dan solusi teknologi. Oleh sebab itu, system designer tidak dilibatkan dalam fase ini.
Deliverable dari fase ini adalah business requirement statement, untuk menghasilkan requirement tersebut system analyst bekerjasama dengan system user melalui mekanisme interview.

D.        Fase Desain
Pada fase ini business requirement dari fase sebelumnya ditranslasikan ke dalam bentuk system model (misalnya data flow diagram). Logical design maksudnya desain
dibuat masih belum mengandung solusi teknis. Deliverable dari fase ini adalah Logical system model dan Spesification.

E.         Fase Analisa Keputusan
Pada fase ini digunakan untuk mengatahui bagian dari proses bisnis yang berjalan serta peningkatan performa dan kinerja. Pada fase ini juga dilakukan technical feasibility, operational feasibility, economic feasibility, schedule feasibility, dan risk feasibility.
Fase ini menentukan solusi teknik dari proyek yang diajukan, mencakup aspek teknologi informasi yang cocok untuk sistem serta proses bisnisnya. Setelah itu dilakukan evaluasi berupa : technical feasibility, operational feasibility, economic feasibility, schedule feasibility, dan risk feasibility.Deliverable dari sistem ini adalah System Proposal

F.         Fase Desain Fisik dan Pengintegrasian Sistem
Fase ini mirip dengan logical design dimana business requirement ditranslasikan kedalam bentuk physical design yang akan mengarah pada konstruksi sistem dengan solusi teknologi dan implementasi teknis seperti database.

G.        Fase Konstruksi dan Pengujian
Fase ini digunakan untuk membuat dan melakukan testing sistem terhadap requirement yang telah diberikan serta melaukan penyesuaian antar muka terhadap proses bisnis yang lama (sedang berjalan) dengan proses bisnis baru (yang sedang dikembangkan).

H.        Instalasi
Fase ini digunakan untuk melakukan instalasi jaringan baik perangkat keras maupun perangkat lunak.




ESTIMASI WAKTU PENGERJAAN PROYEK


Dalam Gant Chart ini hanya ditampilkan perbandingan waktu kenyataan dan waktu perkiraannya saja. Jalur Horizontal menandakan waktu pengerjaan proyek berdasarkan hari, sedangkan lajur vertical menandakan kegiatan yang di muali dari kode A hingga G, berdasarkan fase-fase yang telah disebutkan diatas.




DEFINISI KETERKAITAN INTERFACE

Scope Definition Phase adalah fase yang paling awal harus dilakukan di antara fasefase lainnya. Masing-masing fase harus dikerjakan secara berurutan, karena fase yang lebih awal sangat dibutuhkan untuk pengerjaan fase berikutnya sebagian besar tidak dapat dikerjakan tanpa penyelesaian fase sebelumnya. Mungkin pada masing-masing fase akan dibagi-bagi menjadi beberapa tahapan. Seperti pada physical design and integration phase yang terbagi dalam beberapa tahapan yang masing-masing tidak saling terkait dan dapat dilaksanakan secara pararel.




ESTIMASI BIAYA PROYEK


Minggu, 18 Januari 2015

Cloud Computing

Anggota Kelompok :
Ahmad Izzudin Prastomo
I Gusti Ngura Putu
Intan Oka Herdanis
Nurul Annis (55411385)
Tiara Indah









Cloud Computing adalah sebuah model komputasi / computing, dimana sumber daya seperti processor / computing power, storage, network, dan software menjadi abstrak dan diberikan sebagai layann di jaringan / internet menggunakan pola akses remote. Hal ini karena komputasi awan memlalui konsep virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar lainnya dapat mengurangi biaya Teknologi Informasi (TI), menyederhanakan pengelolaan layanan TI, dan mempercepat penghantaran layanan.
Model billing dari layanan in umumnya mirip dengan modem layanan publik. Ketersediaan on-demand sesuai kebutuhkan, mudah untuk di kontrol, dinamik dan skalabilitas yang hampir tanpa limit adalah beberapa atribut penting dari cloud computing.
Kehadiran komputasi awan awalnya memang hadir bagi kalangan industri. Beberapa alasan yang melatar belakangi penerapan teknologi ini, antara lain :
1.      Ini adalah sebuah mdel layanan berbasis internet untuk menampung sumberdaya sebuah perusahaan. Artinya sebuah perusahaan tak perlu lagi memiliki atau mendirikan infrastruktur lantaran sudah ada perusahaan lain yang menyediakan “penampung”di cloud alis internet.
2.      Sebuah perusahaan tak perlu lagi mengalokasikan anggaran untuk pembelian dan perawatan infrastruktur software.
3.      Perusahaan pun tak perlu memiliki pengetahuan serta merekrut tenaga pakar dan tenaga pengontrol infrastruktur di cloud yang mendukung mereka.
Karakteristik Komputasi Awan :
Berikut lima karakteristik, seperti yang didefinisikan oleh NIST, dianggap melekat dalam layanan komputasi awan :
1. On-Demand Self-Service
Sebuah layanan cloud computing harus dapat dimanfaatkan oleh pengguna melalui mekanisme swalayan dan langsung tersedia pada saat dibutuhkan.
2.      Broad Network Access
Sebuah layanan cloud computing harus dapat diakses dari mana saja, kapan saja, dengan alat apa pun, asalkan kita terhubung ke jaringan layanan. Contoh HP, Tablet.
3.      Resource Pooling
Sebuah layanan cloud computing harus tersedia secara terpusat dan dapat membagi sumber daya secara efisien.
4.      Rapid Elasticity
Sebuah layanan cloud computing harus dapat menaikkan (atau menurunkan) kapasitas sesuai kebutuhan.
5.       Measured Service
Sebuah layanan cloud computing harus disediakan secara terukur, karena akan digunakan dalam proses pembayaran.

Cloud computing mempunyai 3 tingkatan layanan yang diberikan kepada pengguna, yaitu:
1.      Infrastructure as service
Hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service.
2.      Platform as a service
Hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem operasi, infrastructure scaling, load balancing dan lain-lain. Contohnya yang sudah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investment.
3.      Software as a service
Hal ini memfokuskan pada aplikasi dengan Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. Contohnya adalah Google Apps dan SalesForce.com.

            Ada 3 komponen dasar komputasi awan dalam topologi yang sederhana menurut Velte(2010) yaitu :
1.      Client, yaitu terminal atau interface dimana para user duduk dan mengakses layanan yang disediakan provider. Terdiri atas tiga tipe, yaitu thin (client yang tidak memiliki hard drive internal), thick (komputer personal pada umumnya) dan mobile (seperti PDA, Smartphone dan lain sebagainya).
2.      Datacenter, yaitu server dimana aplikasi yang kita jalankan sebagai layanan berada.
3.      Distributed Server, yaitu server yang posisinya “berdekatan secara virtual” meskipun sebenarnya letaknya berjauhan. Biasanya digunakan karena kepraktisannya dan fleksibilitas. Berarti jika kita memerlukan server tambahan, kita tinggal memasukkannya ke sistem cloud kita saja (attach).


Mekanisme Akses Cloud Computing
Mekanisme akses ke cloud computing "mungkin" dapat dijalankan secara beraneka ragam,  mulai dari akses standar LAN maupun intranet dengan sedikit aplikasi agen atau klien,sampai kepada akses extranet dan internet melalui browser yang terhubung ke sebuah portal aplikasi dari penyedia layanan cloud computing. Protokol aplikasi yang digunakan pun dapat seragam, tetapi hal ini tidaklah terlalu signifikan bila dilihat dari sisi pengguna akhir, dimana pengguna akhir cukup mengetahui bagaimana cara mengakses dan mempergunakan jasa layanan yang terdapat pada Cloud computing.

Perangkat Lunak Cloud Computing
Belakangan ini dikembangkan sebuah bentuk nyata (atau setidaknya sebuah common platform/bentuk umum) dari konsep Cloud Computing agar dapat di-implementasikan secara umum dan lebih luas, seperti contoh berikut :
• Ubuntu Enterprise Cloud (UEC)
• Proxmox
• OpenStack
• OpenNebula
• Eucalyptus

Engine utama dalam cloud computing sebetulnya adalah aplikasi virtualisasi di sisi server, seperti,
• KVM
• QEMU
• Xen


Implementasi Komputasi Awan (Cloud Computing)
            Sudah banyak, komputasi awan yang sekarang sudah mulai banyak digunakan fasilitasnya oleh masyarakat. Disini akan dibahas tentang implementasi komputasi awan GAE dan AWS.
1.      Google App Engine (GAE)
Tujuan utama dari Google berkontribusi dalam komputasi awan adalah untuk memanfaatkan sumberdaya komputer yang dimilikinya dalam jumlah yang sangat besar yang berjumlah jutaan komputer dan tersebar di seluruh dunia serta untuk mempercepat operasi-operasi yang dilakukan oleh aplikasi-aplikasi Web saat ini. Dalam hal ini, komputasi awan yang dikembangkan oleh Google pada dasarnya berada di seputar jaringan komputer raksasa yang bekerja untuk aplikasi-aplikasi utamanya seperti Google Search dan Google Mail (GMail).
Tidak sebarang aplikasi dapat berjalan di komputer-komputer milik Google yang membentuk jaringan komputasi awan itu. Agar dapat berjalan dengan baik, aplikasi-aplikasi harus dikembangkan menggunakan ‘aturan-aturan’ yang ditetapkan oleh Google. Aplikasi-aplikasi seperti itu dinamakan sebagai Google App Engine (GAE), dimana saat ini aplikasi-aplikasi jenis ini bisa ditulis dengan cara yang relatif mudah oleh para pemrogram komputer yang memahami bahasa pemrograman Java dan Phyton.
Google memantau lama waktu kerja CPU (Central Processing Unit) yang dilakukan untuk melakukan pemrosesan layanan, berapa kapasitas memori yang digunakannya, serta dapat menghitung kapasitas ruang penyimpanan (hardisk) yang digunakannya, sehingga kelak dapat menarik biaya sejumlah US$ tertentu pada penggunanya. Berikut adalah Arsitektur Aplikasi Google App Engine Secara Umum .

Dalam hal ini, Apps Engine Request yang dimilikinya menentukan jumlah permintaan (request) yang bisa ditangani oleh aplikasi. Kita perlu tau bahwa Google App Engine menggunakan sistem basis data non-relasional BigTable untuk data yang diletakkan di dalam sistemnya yang disebut DataStore. Apps Engine Request juga, dengan komponen URL Fetch Service-nya, dapat berkomunikasi dengan aplikasi-aplikasi lainnya atau mengakses sumberdaya lainnya yang ada di Web dengan menggunakan URL (Uniform Resource Locator) yang dimiliki aplikasi/sumberdaya itu.
Untuk mengembangkan aplikasi Google App Engine, pengembang yang memiliki preferensi yang tinggi terhadap bahasa pemrograman Java bisa menggunakan XMPP (Extensible Messaging and Presence Protocol) yang merupakan versi 1.2.5 dari Java SDK for App Engine. Layanan ini memungkinkan aplikasi Apps Engine berinteraksi dengan layanan-layanan XMPP lainnya seperti (menyebutkan suatu contoh) Google Talk. Jika pengguna menginginkan ‘cara cepat’ untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi Web untuk dijadikan aplikasi-aplikasi Google App Engine, pengguna juga bisa menggunakan kakas (tool) yang dinamakan sebagai GWT (Google Web Toolkit) atau menggunakan framework Spring. GWT memungkinkan pengguna untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi Web yang responsif seperti layaknya aplikasi-aplikasi desktop namun sangat kaya fitur dimana hal ini dapat dicapai dengan cara mengadopsi konsep RIA (Rich Internet Applications).
Kelebihan :
1.      Aplikasi dapat dengan mudah dan cepat dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Java dan/atau Phyton dan tidak memerlukan usaha pemeliharaan yang ekstra sulit.
2.      Biaya penggunaan relatif murah (bahkan gratis untuk aplikasi-aplikasi kecil) dan, jika kuota lebih diinginkan, penambahan kuota dapat dilakukan dengan cara yang sangat masuk akal.

Kekurangan :
1.      Aplikasi-aplikasi tertentu, terutama yang memerlukan akses penuh ke sistem yang mendasari, relatif sukar untuk dikembangkan.
2.      Sistem yang terkendali penuh tidak memungkinkan pustaka-pustaka (library) dan framework-framework tertentu digunakan oleh aplikasi-aplikasi GAE.
3.      Tidak mendukung penggunaan sistem basis data relasional.



2.      Amazon Web Service (AWS)
Amazon.com sebelumnya lebih terkenal dengan toko buku on-line, beberapa tahun yang lalu (sekitar tahun 2005), Amazon mengembangkan dirinya menjadi AWS (Amazon Web Service) yang menyediakan layanan komputasi awan, dimana setiap fungsi yang ada di dalamnya bisa diakses dengan panggilan Web Service. Protokol-protokol Web Service yang digunakan adalah SOAP dan REST.
Layanan-layanan di AWS dapat dimanfaatkan berdasarkan :
1.      Waktunya (waktu penggunaan CPU)
2.      Volume (jumlah data yang ditransfer)
3.      Perhitungan (jumlah antrian pesan [message])
4.      Waktu dan ruang (penggunaan ruang hardisk dalam periode waktu tertentu)

Komponen AWS :
-          Amazon S3 (Simple Storage Service). Digunakan untuk menyimpan data untuk penggunaan pribadi maupun umum. Dalam hal ini, ada 3 lokasi yang memungkinkan pemanfaatannya, yaitu di Amerika Serikat (termasuk California Utara), Eropa, serta Asia.
-          Amazon Cloud Front. Digunakan untuk mendukung Amazon S3 agar bisa bekerja dengan lebih baik dan lebih cepat.
-          Amazon SQS (Simple Queue Service). Digunakan untuk mendukung tercapainya pemrosesan AWS yang cepat dan tidak pernah mengalami kegagalan.
-          Amazon SimpleDB. Digunakan untuk menyimpan data yang bersifat semi-terstruktur. Basis data yang digunakan (SimpleDB) tidak bersifat relasional, melainkan menyimpan data dalam bentuk pasangan nama/nilai (name/value) yang mirip dengan struktur denormalisasi pada sistem basis data relasional, demi meningkatkan kinerja query.
-          Amazon RDS (Relational Database Service). Digunakan untuk mengelola data yang disimpan dalam sistem basis data MySQL.
-          Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud). Digunakan sebagai infrastruktur (kapasitas pemrosesan, memori, dan ruang hardisk) yang menyediakan layanan (service) yang dibutuhkan oleh para pengguna.
Menggunakan suatu teknik yang dinamakan sebagai virtualisasi, para pengguna bisa melakukan pengembangan aplikasinya di atas berbagai perangkat keras dengan cara yang serupa dengan saat pengembangan aplikasi dilakukan pada sebuah mesin tunggal. Perangkat lunak virtualisasi memastikan bahwa masing-masing instance secara logika dapat saling berbagi waktu kerja CPU (Central Processing Unit) dan berbagi ruang memori dengan cara yang benar tanpa saling berinterferensi satu dengan lainnya.

Selanjutnya, sistem yang besar, yang menggunakan ruang penyimpanan berukuran besar, dapat melandaskan dirinya pada fasilitas yang ada di dalam Amazon Simple Storage Service (S3). Dalam hal ini, berlainan dengan pendekatan yang dilakukan oleh Google dengan sistem basis data non-relasionalnya (BigTable), Amazon menggunakan berbagai sistem basis data yang bertindak sebagai layanan (service) bagi komponen-komponen yang membutuhkan data. Sistem basis data yang digunakan Amazon Web Service (AWS) berupa baik sistem data relasional (RDS-Relational Database Server) maupun non-relasional (SimpleDB) yang dimotori oleh sistem basis data non-relasional Dynamo. Dalam semua hal ini, untuk mengoptimalkan layanannya, Amazon Web Service (AWS) menggunakan perhitungan utilitas perangkat keras dan menyeimbangkannya menggunakan suatu fasilitas yang dinamakan sebagai ELB (Elastic Load Balancing). Untuk melakukan pengaturan komponen-komponen agar mengelompok berdasarkan apa yang dilakukannya serta berdasarkan utilitasnya, Amazon menggunakan apa yang dinamakan sebagai Amazon Autoscaling. Sementara untuk melakukan pemantauan terhadap CPU-CPU, lalulintas jaringan, serta penggunaan hardisk yang melintas jaringan komputer server dalam sistem komputer awan (cloud computing) yang dimiliki Amazon digunakan suatu komponen perangkat lunak dalam sistem Amazon Web Services (AWS) yang dinamakan sebagai Amazon Cloud Watch.

Kelebihan :
1.      Aplikasi-aplikasi AWS yang ditulis menggunakan bahasa-bahasa pemrograman PHP, Ruby, serta Java, dapat dikembangkan dengan cara yang sangat fleksibel karena pengguna memiliki kendali penuh pada sistem yang mendasari.
2.       Struktur pembiayaan sederhana.
3.      Bisa menggunakan sistem basis data (relasional maupun non-relasional) apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna.
4.      Jika pengguna mau, pengguna bisa saja menggunakan/menambahkan server-server yang berada di luar Amazon Web Service.

Kekurangan :
1.      Kurva belajar yang terjal (relatif sulit untuk mempelajari pengembangan aplikasi-aplikasi di atas Amazon Web Service dibandingkan di atas Google App Engine).
2.      Memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk mengembangkan aplikasi (bahkan untuk aplikasi-aplikasi yang relatif sederhana).