Phobia merupakan
suatu mekanisme pelarian diri dari konflik-konflik bathiniah dari jiwa
seseorang. Singkatnya, Phobia adalah rasa ketakutan yang
berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Biasanya phobia-phobia tersebut
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang terpendam, yang ditekan
dalam-dalam dan dilupakan. Phobia merupakan salah satu bentuk gangguan emosional,
pada umumnya diderita oleh orang
yang kurang
mampu mengendalikan diri untuk berbuat emosional. Dikatakan gangguan emosi apabila orang yang bersangkutan tidak mampu
mengendalikan emosi tertentu, sehingga mempengaruhi perilaku yang tidak wajar,
misalnya takut yang apabila tidak sanggup mengendalikannya akan menjadi phobia.
Phobia berhubungan dengan
kecemasan, tetapi ada ada dua hal yang membedakan phobia dengan kecemasan
yaitu:
a.
phobia merupakan ketakutan yang tidak beralasan, takut akan suatu objek.
b.
mereka tidak mengembangkan pikiran yang logis tetapi merupakan perbuatan luar
batas, lepas dari keadaan perimbangan. (RobertPriest, 1994:19)
Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang
berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror).
Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates
Banyak orang mengenal ratusan macam phobia, tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan
bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu
adalah:
1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia
terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup,
ketinggian, dan lain lain.
2. Phobia sosial (Phobia terhadap
pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini
senang menghindari tempat-tempat ramai.
3. Phobia kompleks (Phobia terhadap
tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum/mall) orang
seperti ini bisa saja takut keluar rumah.
Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah
mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya
kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil
dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Sebagian orang ada yang mempunyai phobia akan
tetapi tidak pernah mengalami hal traumatis menyangkut phobia tersebut. Dari kasus
ini, Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological
preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya
sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan
kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka
yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua,
pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat
menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah
disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat
mengancam survival kita.
Contoh kasus lain yang sangat mengkhawatirkan adalah phobia yang di alami Andri,
murid salah satu sekolah dasar di Semarang, ia memiliki masalah ketidakmampuan
menjalin hubunga sosial yang baik dengan teman sebayanya dikarenakan terlalu
banyak bermain game online. Semakin berjalannya waktu dan ketidakmampuan Andri
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, masalah Andri ini menjadi meluas.
Tidak hanya dengan teman-teman sebayanya tetapi juga dengan guru-guru pengajar.
Yang menjadi perhatian adalah ketika Andri berbicara dengan orang lain.
Tidak terfokus dengan lawan bicara, hanya tersenyum-senyum sambil menggerakkan
kepalanya dengan hitungan patah-patah seperti boneka kayu yang kaku dan
pandangan kosong lurus ke depan. Hitungan fokus untuk menatap lawan bicara
hanya kurang dari 6 detik dan fokus pada topik pembicaraan hanya kurang dari 9
detik. Pola seperti ini, terulang terus menerus ketika Andri dihadapkan pada
situasi yang mengharuskan dia untuk berkomunikasi dengan dua orang atau lebih.
Ada beberapa cara untuk menghilangkan Phobia, diantaranya :
a. Terapi berbicara.
Perawatan ini
seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang
bisa digunakan adalah:
1. Konseling : konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang,
seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya
fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.
2. Psikoterapi : seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara
mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang
bisa dilakukan untuk mengatasinya.
3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT) : yaitu
suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang
dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.
b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang
mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi
perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara
bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi
yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak
cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan
dengan pengobatan dan terapi perilaku.
c. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan
obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan
terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan
untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan.
0 komentar:
Posting Komentar