Perayaan Cap Go Meh di Kota Cirebon yang telah berlangsung 6 Februari 2012 yang mana di fokuskan di Vihara Dewi Welas Asih kota Cirebon, telah berlangsung meriah seperti tahun sebelumnya.
Perayaan ini menyuguhkan atraksi barongsai. Spesialnya pawai Cap Go Meh juga diikuti para pengawal keraton sebagai wujud akulturasi budaya. Dalam pawai ini 6 patung dewa Cina diarak keliling kota. Ribuan warga pribumi serta Tionghoa tumpah ruwah turun ke jalan mengikuti upacara yang biasa dilaksanakan setiap tanggal 15 tahun baru Cina tersebut.
Para pengawai Keraton Cirebon dengan pakaian adat serta diiringi musik tradisional mengawal pelaksanaan Cap Go Meh. Sementara dibelakangnya puluhan atraksi beduk Congcu serta atraksi kungfu anak-anak nampak memeriahkan acara tersebut.
Dari perayaan ini, kita dapat menyimpulkan, bahwa akulturasi budaya yang terjadi di kota Cirebon ini adalah antara budaya Cina dan Sunda maupun Jawa. Tidak hanya terjadi pada perayaan Cap Go Meh saja, akulturasi budaya bisa terlihat jelas di setiap wilayah peranakan Cina di tanah air kita ini. Mereka juga sudah tidak lagi menggunakan bahasa Cina dalam kehidupan mereka, ini sebagai contoh akulturasi budaya Indonesia yang berdampak pada kehidupan mereka.
Hal ini terjadi semenjak bangsa Cina mulai berdatangan ke Indonesia untuk berdagang maupun menyebarkan agama mereka. Dan beberapa dari mereka yang masih menetap membuat komunitas dan mulai terbiasa dengan beberapa budaya di Indonesia.
Begitu juga dengan masyarakat Indonesia sendiri, sebagian dari kita yang hidup berdampingan dengan peranakan Cina mulai terbiasa mengikuti gaya hidup mereka, sebagai contoh, banyak masyarakat pribumi yang mulai menekuni kesenian barongsai, bahkan mereka juga ikut merayakan Imlek tiap tahunnya.
Tidak hanya sebagai peseni barongsai, bahkan kita sering melihat barongsai sebagai hiburan suatu acara, meskipun acara tersebut tidak sama sekali berhubungan dengan perayaan masyarakat Tiong Hoa. Masyarakat pun sudah merasa tidak asing dengan pertunjukkan ini.
0 komentar:
Posting Komentar