Pages

Rabu, 28 September 2011

lingkungan adalah pembentuk kepribadian

Faktor yang sangat mempengaruhi  pembentukan karakter seorang anak adalah lingkungan yang ada di sekitarnya. Salah satu lingkungan yang sangat besar pengaruhnya adalah keluarga. Karena sesungguhnya keluargalah yang memberi  kehidupan dunia luar pada setiap anak. Bukan hanya orang tua yang di beri tanggung jawab oleh Tuhan untuk  mendidik anak agar menjadi pribadi yang baik, tapi juga anggota keluarga yang lain. Karena apa yang sedang terjadi di dalam rumah, bisa terlihat dari perilaku yang di tunjukan oleh salah satu anggota keluarganya.

Pada jaman reformasi ini, bukan hanya masyarakat yang hanya bisa aktif untuk membela hak nya masing-masing kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang di anggap mesin dari kendaraan negara kita. Akan tetapi hak demokrasi bisa kita gunakan untuk bertukar pendapat saat obrolan hangat antar anggota keluarga.

Sama seperti definisi demokrasi yang di terapkan di pemerintahan, demokrasi yang terapkan di keluarga bisa membantu seorang anak untuk membela hak yang menurut mereka bisa mereka dapatkan. Dan orang tua yang di dalam kasus ini berkedudukan sebagai anggota parlemen, bisa saja menyangga ataupun menerima interupsi yang di tujukan kepada mereka.

Dari berbanyak sumber dan pengalaman pribadi saya, banyak seorang anak yang mengeluhkan peraturan yang di berikan orang tua kepada mereka. Anak sering menentang apa yang di larang oleh orang tua mereka. Sebagian besar, hal yang di larang orang tua itu adalah sesuatu yang di sukai oleh anaknya. Seperti, melanjutkan hobi, keluar malam, bermain tanpa kenal waktu, bahkan menghabiskan uang untuk keperluan lapar mata seorang anak perempuan.

Jika di tinjau dari sudut pandang seorang anak, orang tua yang sering merasa diri mereka selalu benar dalam memutuskan suatu hal. Orang tua selalu memberikan larangan yang beralasan demi kebaikan sang anak, tanpa mendengar penjelasan anak. Anak selaku di paksa mendengarkan nasihat mereka, akan tetapi mereka  jarang mendengar alasan anak. Orang tua selalu menuntut anak menerima keputusan orang tua, tetapi orang tua sangat jarang menyetujui keputusan anak.

Jika anda adalah orang tua, maka pastilah anda mempunyai beribu alasan untuk mengomentari tulisan saya ini, tapi jika anda seorang anak, maka anda pasti membutuh  beribu jempol sebagai bentuk kesetujuan anda pada argumen saya.

Perlu anak ketahui, tidak semua kesenangan yang kalian tuntut kepada orang tua kalian itu adalah hal yang baik. Satu contoh, keinginan untuk “bebas”. Bebas kemana saja anda pergi, apapun yang anda lakukan, kapanpun anda pulang kerumah, atau berbagai kebebasan lain yang anda inginkan. Jika saja semua itu anda dapatkan, apakah pernah anda berfikir, apa yang akan tetangga katakan jika semua itu kita miliki? Padangan apa yang akan di tujukan pada keluarga anda jika hal itu terjadi. Bagaimana posisi keluarga anda di lingkungan sosial? Itu semua perlu anda telaah, dan pilah lah mana yang bisa memberikan hal yang positif di ketiga sisi. Sisi orang tua, anak, dan keluarga.
 

Sebagai orang tua, tidak ada salahnya jika anda memberikan sedikit kelonggaran pada anak-anak anda. Apakah anda pernah berfikir, kenekatan yang akan anak anda lakukan jika ia terlalu depresi dengan pengekangan yang anda berikan? Hal yang biasanya anda larang, akan mereka lakukan secara paksa. Dengan demikian, hal yang paling anda takutkan akan otomatis terjadi. Perkataan yang sering orang tua jadikan alasan “kamu, belum dewasa dan cukup umur”. Jika kalimat itu kita cermati, bertindak nekat bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi, karena mereka masih belum cukup dewasa memikirkan hal yang berbahaya.

Bukan hanya pembangakan yang mungkin bisa anak lakukan, tapi mereka juga bisa menuruti apa yang orang tua katakan. Ia akan diam di rumah untuk selalu menjaga perasaan orang tua mereka. Mereka menjadi seorang anak yang hanya memikirkan dunia luar adalah dunia yang kejam dan berbahaya untuk mereka. Sehingga terciptalah pribadi yang anti sosial. Seorang anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik. Bahkan mungkin mereka tidak mengenali sapa orang yang tinggal di sebelah rumah mereka sendiri.

Ada satu lagi kemungkinan yang akan terjadi pada si anak. Seorag anak yang selalu ingin bebas tanpa mengecewakan orang tua mereka, mereka akan mencoba berbohong. Menghasut temannya untuk juga berbohong dan membantu mereka berbohong. Memang mereka mendapatkan pahala karena menyenangkan hati orang tua, tapi pahala itu sekejap tertimpa dengan kebohongan yang mereka lakukan. Betapa malunya orang tua, saat mereka membanggakan anaknya yang selalu bersikap baik, padahal banyak orang lain yang tahu bahwa si anak selalu berkeliaran dengan berbagai alasan agar orang tua mereka tidak mengetahuinya.

Semua kemungkinan ini bisa saja terjadi pada kehidupan kita, atau bahkan ada kejadian lainnya yang tdak tertangkap oleh pemikiran saya. Maka, tidak ada salahnya jika anda para orang tua memberikan sedikit kelonggaran pada anak. Diam dan patuhnya seorang anak, bukan berarti mereka menerima semua keputusan orang tua. Dan seorang anak hendaknya terus mengingat apa yang telah orang tua berikan untuk memuaskan kita. Sehingga suatu keluarga yang harmonis bisa tercipta dan menjadi panutan masyarakat sekitar kita.
Waktu selalu berjalan, zaman selalu berubah, pemikiran semakin luas, dan kemungkinan akan selalu terjadi.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Memudarnya Budaya Gotong Royong

Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, dan tentu saja terdiri dari banyak penduduk yang menyebar dari sabang sampai merauke. Banyaknya penduduk ini membuat nenek moyang kita selalu hidup saling membantu dalam menjalani hidupnya. Begitu banyak kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita. Salah satunya adalah budaya saling membantu dan menghargai antar sesama.

Salah satu contoh bentuk kegiatan sosial yang mereka wariskan pada kita adalah gotong royong. Gotong royong berasal dari bahasa jawa yang artinya pikul atau angkat. Maksudnya adalah sesuatu yang harus dipikul dan diangkat bersama. Gotong royong merupakan sifat dasar yang dimiliki bangsa Indonesia dan tidak dimiliki bangsa lain di dunia. Dengan mengedepankan sikap gotong royong, akan muncul sikap tolong-menolong kepada sesama.

Seiring berjalannya waktu, juga berdampingan dengan perkembangan teknologi, banyak budaya asing mulai menjajah Indonesia untuk kesekian kalinya. Bukan lagi petinggi mereka yang akan menguasai negara ini, akan tetapi kebudayaan mereka. Semua bentuk kehidupan di luar sana bisa dengan mudahnya merasuki kebudayaan kita. Mulai dari gaya bahasa, fashion, kehidupan sehari-hari, sampai kehidupan sosial masyarakatnya.

Di kehidupan sosial kita, budaya asing mulai memudarkan kebudayaan asli Indonesia. Memberikan dampak negatif yang sedikit demi sedikit menghilangkan cerminan budaya Indonesia yang selalu saling berbagi. Sudah mulai menjamur kehidupan masyarakat yang individualistis, tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Semangat memperjuangkan kepentingan bersama pun semakin susah didapat.

Kemajuan zaman yang sudah mulai menunjukkan kegagahannya, memberikan fasilitas-fasilitas canggih seperti, Handphone, Internet, Fax, dan lainnya dapat memudahkan masyarakat berkomunikasi dengan cepat. Sehingga tatap muka antar masyarakat sangat jarang di lakukan. Kesibukkan juga merupakan sebuah dampak menurun nya kualitas sosial di masyarakat. Bayangkan, bila antara warga satu komplek tidak saling mengenal, bagaimana bisa gotong royong terjadi? inilah fakta yang terjadi di kota kota metropolitan. Gotong royong hanya menjadi sebuah simbol yang sudah tidak di pedulikan lagi di kehidupan modern. Mereka lebih memilih mencari uang ketimbang bergotong royong dengan masyarakat sekitarnya

Dengan keadaan Indonesia yang seperti ini, pantaskah kita hanya berdiam melihat kebudayaan gotong royomg ini memudar? Padahal kita masing-masing mengetahui betapa berpengaruhnya suatu perkerjaan bila di lakukan secara bergotong royong. Selain meringankan beban, goton royong juga mempererat tali persaudaraan dan menjaga amanah kebudayaan yang di berikan oleh nenek moyang kita. 


Kita sebagai generasi selanjutnya yang akan memimpin negri ini, membangun negri ini, dan memduduki negri ini, sudah selayaknya untuk memikirkan hal yang kedepannya bisa memberikan kita kenyamanan dan memperbaiki pandangan negatif yang yan di tujukan pada negara kita, Indonesia. Kita sudah seharusnya menjaga ciri khas yang orang luar kenal tentang Indonesia. Yaitu bangsa yang menggunakan solidaritas dalam kehidupan sehari-hari.